Bahaya MSG - diisukan dapat mengganggu
kesehatan dan menyebabkan obesitas. Faktanya, berbagai penelitian tidak dapat
membuktikan hal itu, sehingga badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesehatan
berbagai negara termasuk BPOM di Indonesia, menyatakan bahwa MSG aman, tidak
mengganggu kesehatan dan tidak menyebabkan obesitas. Untuk informasi seputar
bahaya MSG yang merupakan mitos atau fakta, silakan baca terus artikel ini
sampai selesai.
Apa makanan populer di kalangan anak-anak, remaja dan
dewasa? Tak salah lagi: bakso. Tidak sedikit yang berpesan, ‘jangan pakai
micin ya, bang‘. Selain dinilai dapat mengganggu kesehatan bahkan kanker,
bahaya MSG ini diduga dapat menyebabkan obesitas (kegemukan). Benarkah itu? MSG
(monosodium glutamat) merupakan garam dan asam amino glutamat. Asam
amino merupakan struktur terkecil dari protein. Jika dikonsumsi, molekul MSG
akan terurai menjadi glutamat dan garam natrium yang kemudian diserap oleh
usus.
Bahaya MSG
Prof. Shigeru Yamamoto dari Asian Nutrition and Food
Culture Research Center, universitas Jumonji, Saitama Jepang, menjelaskan
beberapa penelitian tentang bahaya MSG dan obesitas. Penelitian oleh Ka He di
China tahun 2008 dan 2012 di Thailand menyatakan adanya hubungan pemberian MSG
dengan kenaikan berat badan. Sebaliknya, penelitian oleh Zumin Shie di China
tahun 2007, dan Hien VT tahun 2012 di Vietnam menyebutkan, tidak menunjukkan
hubungan signifikan.
Dua penelitian di China yang dilakukan pada grup yang
sama, dengan jumlah MSG yang diberikan berbeda. Pada studi pertama rata-rata
asupan MSG / hari adalah 0,33 g dan pada studi selanjutnya sampai 2,2 g / hari
yang dijelaskan Prof. Shigeru Yamamoto dalam “Obesity Seminar & Practical
Case Study” di hotel Borobudur, Jakarta pada tanggal 13 September 2013 terkait
bahaya MSG dan mitos seputarnya.
Menurutnya, masyarakat Jepang biasa menambahkan MSG
dalam makanan sampai 2,4 g (pada orang dewasa), sementara di Inggris hanya
sekitar 1,31 g (untuk anak-anak) dan Amerika Serikat 0,55 g. Ternyata Amerika
Serikat menempati peringkat tertinggi dalam angka obesitas, yakni 30,6% dari
total penduduk, disusul Meksiko (24,2%) dan Inggris (23%), sementara Jepang di
peringkat 28 (3,2%).
Orang Jepang yang makan lebih banyak MSG dibanding
orang Inggris, lebih berhasil dalam mengatasi berat badan. Penelitian Yamamoto
terkait dengan bahaya MSG pada 1.528 orang dewasa yang berusia diatas 20 tahun
di Vietnam, selama 3 hari berturut-turut diberikan MSG 1,8-2,2 gramhari tidak
menunjukkan peningkatan BMI (body mass index). Hal ini memperkuat
penelitian Essed tahun 2009 di Belanda, dan Br J Nutr tahun 2011 di AS, bahwa
pemberian MSG 0,5-0,6% dari total asupan makanan tidak memberikan efek pada
penambahan kalori.
Zat MSG Alami Terdapat Pada
Makanan
Asam amino glutamat secara alami terdapat dalam
berbagai makanan seperti tomat, bayam, kol, keju, kepiting, udang, terasi,
bahkan dalam ASI. Di antara 20 asam amino bebas dalam SDI, glutamat adalah yang
terbanyak. Menurut Prof. Shigeru Yamamoto, dalam asupan protein sebanyak 50-100
gram / hari, 20% nya adalah glutamat dan glutamin yang kita konsumsi setiap
harinya.
Terkait tentang MSG dan bahaya MSG, penelitan Prof
Kikunae Ikeda menyatakan bahwa MSG tidak dibuat dari bahan kimia, melainkan
dari fermentasi gula yang berasal dari tetes tebu, beras, gandung, jagung, atau
ketela. Oleh karenanya, MSG dinyatakan aman oleh badan kesehatan WHO termasuk
BPOM Indonesia. WHO bahkan tidak menentukan batas pemakaian MSG harian.
Bahaya MSG dan Mitos Seputar MSG
Mitos seputar bahaya MSG dimulai pada tahun 1968
dengan adanya tulisan dari seorang dokter yang merasakan adanya keluhan rasa
mual, pening, lengan, dada, dan wajah serasa terbakar, berdebar-debar. Namun
pada penelitian lanjutan tahun 2000 menunjukkan tidak ada bukti bahwa gejala
yang dialami dokter tersebut disebabkan oleh MSG.
Percobaan terkait dengan bahaya MSG terhadap otak juga
pernah diujikan pada seekor kelinci yang diberi makan MSG berdosis tinggi, dan
hasilnya menunjukkan membantah adanya kaitan antara dampak kesehatan negatif
dengan MSG dengan konsumsi yang wajar. Hal tersebut juga diamini oleh 2 badan peneliti
Federasi Masyarakat FASEB di Amerika dan jurnal Consensus Meeting:
Monosodium Glutamate di Hohenheim, Jerman. Bahaya MSG terhadap otak menjadi
tidak terbukti mengingat otak dapat menjaga keseimbangan glutamat yang
dikandungnya. Sistem penghalang di otak yang mengontrol jumlah glutamat ke
otak, bahkan, bisa dikatakan hampir tidak ada glutamat dari darah yang bisa
masuk ke otak.
Dengan demikian, berdasarkan penelitian yang telah
ada, hampir semuanya menyebutkan bahwa bahaya MSG tidaklah terbukti, meskipun
konsumsi dalam jumlah yang berlebihan juga tidak dianjurkan, misalnya pada
penderita yang memengaruhi sawar darah otak dan pada pasien yang dianestesi
dengan obat isofluran.
0 komentar:
Posting Komentar