hamster

Senin, 13 Januari 2014

Lapar Tersembunyi Membuat Tinggi Badan Anak Sulit Berkembang



Anak banyak makan, tapi pendek? Meski aneh, hal itu bisa terjadi: istilahnya hidden hunger (lapar tersembunyi). Ya, meski banyak makan, anak bisa kekurangan mikronutrien atau gizi mikro, yaitu zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil seperti zat besi, vitamin A, B, Zinc dan asam folat.
Tinggi badan anak memang dipengaruhi oleh gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh. Bila tidak terpenuhi, kesehatan dan pertumbuhan anak bisa terganggu. “Kalau kelaparan, tubuh anak kurus. Kalau akibat hidden hunger, tidak langsung kelihatan”, papar Direktur Micronutrient Initiative Indonesia dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK.
Lapar Tersembunyi Membuat Tinggi Badan Anak Sulit Berkembang
Berkaitan dengan sulit berkembangnya tinggi badan anak juga disebutkan dalam data Riskesdas 2010, mengenai prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia 17,9%. Khusus prevalensi anak pendek (stunting) 35,6%, atau 3 dari 10 anak Indonesia bertubuh pendek. nah, stunting erat kaitannya dengan kesehatan.
Ciri fisik bayi stunting saat lahir, tubuh lebih pendek dari bayi normal. Berat kurang dari 2.500 gram dan panjangnya kurang dari 48 cm.
Stunting mengindikasikan bahwa bayi mengalami masalah sejak dalam kandungan. Misal saat hamil, ibu kena anemia, kekurangan energi kronik, tak memenuhi gizi seimbang, atau sakit-sakitan sehingga janin jurang zat gizi mikro.
Anak stunting beresiko perkembangan organ – organ vitalnya tidak maksimal, misalnya pembuluh darahnya. Pemberian makan yang keliru, mempercepat penimbunan lemak di pembuluh darah membuat anak beresiko hipertensi.
Tinggi Badan Anak dan Pengaruh Gizi
Beberapa penelitian menunjukkan, kurang gizi mikro, selain memengaruhi tinggi badan anak,  juga berdampak pada kecerdasan. Anak yang tinggi lebih pintar daripada yang stunting. Menurut penelitian tahun 1991, anak normal rata-rata skor kecerdasan sekitar 105, sementara anak stunting sekitar 90. Anak jadi apatis dan kurang stimulasi. Berita bagusnya, dari penelitian anak kurang gizi dengan IQ 92, bila mendapat makanan tambahan yang baik IQ-nya bisa naik menjadi 100. Dan bila ditambah stimulasi, bisa 104.
Tinggi badan anak yang sulit berkembang atau stunting, menurut penelitian tahun 2008 – 2007, terjadi karena ibu kurang memberikan ASI ekslusif. Dan 93,6% anak Indonesia berusia diatas 10 tahun kurang makan sayur dan/buah (Riskesdas 2007). Rekomendasi WHO, anak perlu makan sayur dan/buah 5 porsi setiap hari.
Mengatasi tinggi badan anak yang sulit berkembang, orangtua biasanya memberi asupan makanan tinggi lemak. Yang terjadi, anak tidak bertambah tinggi tetapi mengalami obesitas (kegemukan), sehingga rawan terkena jantung koroner, atau diabetes karena pankreas terganggu.
Menurut dr. Elvina, kecukupan gizi sebaiknya dimulai dari 1000 hari kehidupan. Yakni, setahun sebelum ibu hamil, dan 2 tahun pertama setelah anak lahir. “Lewat 2 tahun, agak susah mengejar ketertinggalan.” ucapnya.
Agar anak mau makan sayur, ibu perlu kreativitas untuk memasukkan sayuran pada makanan yang disenangi anak. Dan, “Jadikan makan sebagai momen yang menyenangkan. Kalau dipaksa makan sayur, anak malah trauma dan menolak.” tutupnya.


0 komentar:

Posting Komentar